Jangan Meletakkan Ketulusan Pada Orang yang Salah

Titik Kosong - Sudah terlalu sering cerita tentang ketulusan yang dibalas dengan kepedihan. Bahkan mungkin memang ketulusan itu sendiri sejatinya memang berpasangan dengan kepedihan. Orang-orang yang dibilang tulus biasanya juga dianggap "sakit". Sakit karena perasaan tulus itu tidak terbayar dengan semestinya.

Jangan Meletakkan Ketulusan Pada Orang yang Salah

Memang sulit jika harus meniadakan kepedihan saat membahas mengenai ketulusan. Tapi kali ini, biarkan rasa tulus itu tahu di mana dia harus bertempat. Agar perasaan yang tulus itu tidak terkesan sia-sia dan agar para pemiliknya juga bisa merasakan bahagia.

Perasaan yang tulus selayaknya hanya diletakkan kepada mereka yang juga menghargai perasaan tulus itu sendiri. Bukan mereka yang mengabaikan, bukan pula mereka yang menyianyiakan. Rasa yang tulus semestinya bisa disambut dan jika tidak, itu berarti kamu salah meletakkan rasa tulusmu itu.

Mungkin kamu akan berpikir, bukankan tulus adalah tidak mengharap apa-apa? Bukankah perasaan yang tulus tidak pernah mempedulikan balasannya? Ya. Memang. Tapi jangan jadikan ketulusan itu sebagai sebuah kebodohan sampai kita rela selalu menderita.

Tulus dalam memberikan, ikhlas dengan apapun yang menjadi balasan. Berhenti di situ. Tapi jangan pernah menyakiti hatimu dengan terus-terusan memelihara rasa tulusmu kepada orang yang salah. Hidupmu terlalu berharga untuk disia-siakan oleh orang lain.

Mungkin kamu merasa takut, jika kedepannya kamu tidak bisa mendapatkan orang lain yang lebih baik dari pada dia. Atau bahkan mungkin kamu juga berpikir bahwa suatu saat dia akan berubah dan menghargai ketulusanmu. Ya, memang benar, harapanmu itu tidak bisa disalahkan, dan  tidak ada larangan untuk terus berharap, tapi juga tidak ada jaminan bahwa semua pengorbanan itu akan ada hasilnya.

Semua adalah pilihanmu, apakah akan tetap menyakiti diri sendiri dan bertahan atas nama ketulusan, atau ingin beranjak menuju kehidupan yang lebih adil untuk hatimu. Satu hal, saat kita mencintai orang lain, kita tidak pernah dituntut untuk menghancurkan diri kita sendiri. Karena cinta yang sejati akan bahagia bersama, bukan menghancurkan hati sendiri demi mengagungkan hatinya.