Titik Kosong - Setiap orang dewasa yang masih sendiri pasti pernah memikirkan siapa kelak yang akan menjadi pendamping hidup untuk dirinya. Beberapa di antara mereka mungkin sempat bertanya juga, mengapa orang lain bisa dengan mudah menyanding pasangan terbaiknya, sementara ia sendiri masih kesulitan untuk mencarinya.
Hmm. Sayangnya, kehadiran pendamping hidup tidak pernah meminta waktu yang pasti. Tidak ada satu pun manusia yang bisa memprediksi kapan jodohnya akan datang. Kebanyakan dari kita hanya bermodal ingin. Ingin membuka hati di usia sekian. Ingin memiliki hubungan serius di usia sekian. Ingin menikah di usia sekian. Keinginan itu yang menjadi modal dan pada akhirnya menghasilkan usaha untuk mencapainya. Tentunya sesuai batasan waktu yang ia ciptakan sendiri.
Tapi sekali lagi, kehadiran pasangan hidup tidak pernah meminta waktu yang pasti. Pun jika seseorang berkata ada usia ideal untuk melangsungkan pernikahan. Faktanya, tidak semua orang bisa melakoni hal itu. Segala hal harus dipertimbangkan dengan matang. Dan sayangnya, usia kadang bukan jadi batasan bagi mereka yang mau berpikir panjang.
Memilih pendamping hidup adalah salah satu keputusan paling besar yang harus kita ambil selama kita masih diberi nyawa. Tidak pernah ada kata main-main saat melakukannya. Karena jika saja kita melakukan kesalahan, kita hanya akan membuang sia-sia waktu dalam hidup kita bersama dengan orang yang salah.
Jadi, jangan gila dengan mengambil keputusan tergesa-gesa karena orang lain di sekitarmu sudah banyak yang menikah. Jangan kehilangan akal dengan memutuskan segera mengakhiri masa lajang hanya karena tuntutan dari pihak luar. Ini hidupmu. Sesuatu yang akan kamu jalani sendiri. Bukan orang lain yang hanya menjadi penontonnya.
Memilih pasangan hidup bukan hal yang sepele. Ada banyak hal yang masih harus dipertimbangkan. Segala sesuatu harus dipikirkan dengan matang. Manusia hanya bisa membaca petunjukkan dari Tuhan untuk menemukan jodohnya. Dan semua itu ujungnya berakhir dengan pilihannya sendiri.
Jadi, memang pendamping hidup itu sejatinya harus dipilih. Kita hanya bisa membaca petunjuk dan tanda dari Tuhan. Tidak ada jaminan resmi apakah dia sebenarnya memang jodoh kita atau sebaliknya. Hati yang berbicara. Hati yang memilih.
Tapi tunggu, terkadang hati yang sudah memilih saja masih bisa keliru. Sialnya banyak manusia yang merasakan itu. Perkara ini memang rumit. Sangat rumit. Kita semua tentu akan berdoa kepada Tuhan untuk hanya dipertemukan kepada jodoh kita saja, agar kita tidak melakukan kesalahan dan merasakan kesedihan karena menghabiskan waktu dengan orang yang salah. Tapi manusia bisa apa? Kita sering mengandalkan feeling. Apakah itu salah? Hmm. Nyatanya tidak bisa disalahkan sepenuhnya juga.
Kadang, cukup lucu saat tahu ada orang yang begitu baik dan perhatian kepada kita. Mungkin juga mencintai kita. Tetapi hati kita tidak pernah berkata “ya” untuknya. Akankah kita akan nekat untuk menerimanya?
Sedang hati adalah tempat terdekat untuk berbicara kepada Tuhan. Untuk merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap pilihan kita. Meski logika juga ikut dipakai dalam mempertimbangkannya, tetap saja hati juga ambil peran yang penting untuk mengambil setiap keputusan. Tidak ada yang salah dengan hal itu, asal jangan sampai terbutakan oleh perasaanmu. Libatkan keduanya, logika dan hatimu harus bisa berbicara senada.
Itulah mengapa memilih pasangan hidup itu tidaklah mudah. Kita harus melibatkan segala hal dalam diri kita untuk bisa mencapai keputusan yang paling kita yakini. Ya, memang harus kita yakini karena keyakinan itu adalah salah satu kunci yang harus kita miliki saat memilih. Keyakinan itu juga yang akan membawa kita pada keteguhan hati jika suatu saat kita bermasalah dengan pilihan kita. Tanpa itu, jangan pernah melanjutkan pilihanmu.
Jika hanya berbicara soal suka dan sayang saja, saya rasa dunia ini akan mudah menghadirkan semua itu. Faktanya, manusia sering kali mudah terjebak dengan rasa suka yang mudah datang. Jika kita selalu hanyut dengan perasaan itu, maka selesailah hidup kita yang akan menjadi berantakan karena mudah tergoda karenanya. Ini jika kita hanya berbicara soal suka dan sayang saja.
Lain cerita jika kita bisa memilah dan memilih. Menetapkan satu pilihan dan meyakini pilihan itu seutuhnya. Memberikan komitmen yang jelas atas pilihan kita sendiri. Dengan begitu, kita baru akan bisa berjalan dengan kesungguhan. Begitu pula yang seharusnya kita lakukan dalam memilih pasangan hidup.
Namun, sebelum pilihan final dan juga komitmen itu datang, tetaplah tegap di jalanmu. Jangan pernah menunduk malu karena orang lain sudah memiliki gandengan sedangkan dirimu masih sendirian. Jalanmu, bukan jalan mereka. Hidupmu, bukan hidup mereka.
Perkara ini tidak bisa diseragamkan. Tuhan memberi waktu yang berbeda-beda kepada setiap ciptaannya. Cepat atau lambat dalam hal ini tidak pernah diubah arti menjadi menang dan kalah. Yang cepat bukan pemenang, dan yang lambat tidak sepantasnya dianggap kalah. Karena menetapkan pendamping hidup bukanlah sebuah kompetisi.